Les Ngaji Ke Rumah di Lubang Buaya | Privat Ngaji Anak, Dewasa, Pemula dan Mualaf | Al Quran, Fiqih, Muamalah, Pengetahuan Seputar Agama Islam
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Semoga dalam keadaan sehat baik Iman dan Islamnya ya Sahabat Santri. Kali ini tim coba meneruskan artikel dari muslim(dot)or(dot)id yang membahas tentang “Hanya Ada Waktu-Waktu Sisa untuk Belajar Ilmu Agama”.
Kalau kita menengok sejarah hidup kita ke belakang, betapa sabarnya kita dalam mempelajari ilmu-ilmu duniawi.
Kita masuk TK saat masih usia 4 atau 5 tahun, setelah itu 6 tahun di bangku sekolah dasar (SD), lalu 3 tahun di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SMP), lalu 3 tahun di bangku sekolah menengah atas (SMA), setelah itu melanjutkan kuliah sarjana 4 tahun. Sebagian orang tidak berhenti sampai di sini. Masih lanjut lagi sekolah magister selama 2 tahun, lalu doktor selama 4 atau 5 tahun, atau bahkan lebih lama dari itu.
Kita menjalani hari-hari itu dengan penuh kesabaran, berangkat pagi, pulang sore atau malam, kadang-kadang begadang. Kita sabar ketika mengerjakan PR, dan bersabar pula ketika menghadapi ujian.
Jika demikian semangat kita belajar ilmu duniawi, lalu bagaimana dengan ilmu agama?
Tidak ada kesabaran, tidak ada ketekunan, tidak ada kegigihan, tidak ada pengorbanan berarti untuk mencarinya. Semua serba ingin instan, cukup googling lalu berfatwa. Duhai, di manakah keadilan itu?
Jika kita bisa bersabar dalam belajar ilmu duniawi, dari sekolah dasar hingga sarjana, mengapa kita tidak bisa bersabar dalam belajar ilmu agama?
Ketika hari-hari kita disibukkan dengan urusan dunia, lalu lalai dengan urusan akhirat, dari situlah awal mula munculnya kebinasaan.
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن الله يبغض كل جعظري جواظ سخاب في الأسواق جيفة بالليل حمار بالنهار عالم بالدنيا جاهل بالآخرة
“Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci semua orang yang berkata keras, kasar lagi sombong; orang yang rakus namun pelit; orang yang bersuara gaduh, suka berdebat dan juga sombong di pasar; orang yang tidak pernah bangun malam (tidur sepanjang malam); hanya sibuk dengan dunia di waktu siang; sangat pandai dengan urusan dunia; namun bodoh dengan urusan akhirat.” (HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Kubra 10: 194. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1878)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela orang-orang yang di waktu siang hanya sibuk dan rakus mencari dunia, dan ketika malam tiba, dia habiskan untuk tidur tanpa terpikir untuk bangun shalat malam. Tidak berpikir untuk memperbaiki urusan akhiratnya.
Apakah itu adalah potret diri-diri kita? Bisa jadi itulah potret kehidupan kita.
Kita ingin menjadi ahli dan profesional dalam urusan duniawi. Kita ingin menjadi rujukan dalam ilmu duniawi. Kita ingin diakui sebagai pakar dalam urusan duniawi. Untuk itulah kita rela sekolah sampai perguruan tinggi, karena kita tidak ingin menjadi orang awam dalam urusan dunia. Kita tidak ingin memiliki pendidikan rendahan yang hanya setara SD atau SMP. Akan tetapi, untuk urusan akhirat, kita hanya rela menjadi orang awam.
Betapa kita semangat belajar bahasa Inggris, karena itulah salah satu sarana meraih dunia. Namun kita cuek dengan bahasa Al-Qur’an, yaitu bahasa Arab.
Inilah yang juga Allah Ta’ala cela dalam firman-Nya,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat.” (QS. Ar-Ruum [30]: 7)
Sebagian orang, mereka sangat mahir dalam urusan duniawi. Hanya dengan memegang sedikit perhiasan emas, mereka bisa tahu apakah ini emas asli ataukah palsu. Kalau asli maka berapa karat kadarnya, dan seterusnya.
Juga sebagian orang jika ditunjukkan sebuah motor, dia bisa tahu detil motor ini keluaran tahun berapa, jika dijual kira-kira laku berapa, dan seterusnya.
Juga sebagian orang sangat paham detil nama pemain sepak bola, posisinya sebagai apa, musim depan dia kemungkinan dijual ke mana, berapa kira-kira harga transfernya, dan seterusnya. Padahal tidak ada manfaatnya untuk dia, bahkan manfaat duniawi sekalipun tidak ada.
Namun …
Ketika ditanya, apa yang harus dilakukan ketika lupa bilangan rakaat shalat, kita bingung menjawabnya.
Ketika ditanya bagaimanakah melakukan tayammum yang benar ketika tidak ada air, kita kebingungan.
Ketika ditanya bagaimanakah ketentuan meng-qashar shalat ketika mereka bepergian jauh, kita tidak tahu.
Ketika ditanya bagaimanakah mereka harus membayar zakat mal, kita pun tidak mau tahu.
Mungkin inilah potret-potret diri kita, termasuk penulis sendiri, yang begitu bersemangat dengan gemerlap duniawi dan kemewahan di dalamnya, namun lalai dengan kehidupan akhirat dan sarana-sarana yang bisa mengantarkan kita untuk bahagia di akhirat.
Bukan berarti ilmu duniawi itu tidak penting dan tidak manfaatnya. Bukan demikian. Karena kalau ilmu duniawi tersebut bermanfaat, dan kita pun belajar dengan niat yang benar, maka insyaa Allah berpahala. Yang kita sesali hanyalah ketidakadilan dan ketimpangan dalam menyikapi ilmu agama, yang hanya mendapatkan waktu-waktu sisa dari kehidupan kita. Atau bahkan tidak ada alokasi waktu sama sekali untuk mempelajarinya.
Seberapa Seringkah Sahabat Membaca Al Qur’an atau memperdalam Ilmu Agama?
Dalam kesibukan dan rutinitas sehari-hari, seberapa seringkah kamu berfikir untuk meluangkan waktu untuk memperdalam Agama Islam atau mengaji? Apalagi Sahabat yang sibuk bekerja dan susah memiliki waktu luang, tetapi jika memiliki waktu luang kamu enggan pergi ke tempat pengajian sekitar atau guru ngaji terdekat karena macet dan malah menghabiskan waktu hanya dengan bermain Gadget.
Jangan sampai kita termasuk mereka yang hatinya penuh cinta terhadap dunia sehingga tidak memiliki waktu untuk mengaji ya Sahabat Santri.
Adakah solusi untuk situasi seperti ini?
Solusi terbaiknya adalah menggunakan jasa guru les privat. kamu tidak perlu susah payah menghabiskan waktu dan tenaga untuk datang ke tempat les.
Apalagi jika les privat tersebut menawarkan jadwal yang bisa ditentukan sendiri, kamu bisa memilih jadwal mengaji sesuai keinginanmu.
Salah satu lembaga les privat mengaji adalah Nyantren. Nyantren menyediakan jasa Guru Ngaji Privat untuk Anak, Orang Dewasa, Pemula dan Mualaf.
Mengenal Les Privat Ngaji
Les privat ngaji merupakan sebuah sarana yang tepat bagi Sahabat Santri yang ingin belajar Agama Islam lebih dalam, karena kita bisa langsung menanyakan pelajaran yang kita kurang paham.
Kita juga bisa sekaligus belajar cara mengaji yang benar sesuai hukum tajwid. Sahabat Santri bisa belajar Al-Qur’an dengan guru yang sudah bagus bacaannya dan bacaan kita dapat langsung diperbaiki.
Selain itu, Sahabat Santri juga bisa menghemat tenaga dan waktu untuk datang ke tempat belajar mengaji, sehingga Sahabat Santri bisa lebih fokus ke pelajaran dan juga kita bisa memilih jadwal mengaji sesuai waktu luang yang dimiliki.
Salah satu lembaga les privat mengaji adalah Nyantren. Nyantren menyediakan jasa Guru Ngaji Privat untuk Anak, Orang Dewasa, Pemula dan Mualaf.
Program Guru Ngaji Privat
Program Nyantren Privat merupakan upaya peningkatan pengetahuan umat muslim untuk lebih mengenal Islam dengan ustadz dan ustadzah datang ke rumah (guru ngaji privat).
Visi dan misinya yakni mencetak generasi yang cinta terhadap Al-Qur’an.
Ustad dan Ustadzah ke rumah ini kami bungkus dalam satu program yang bernama Insan Qur’ani (IQ).
Pada segi materi, IQ berfokus pada baca dan tulis Al-Qur’an bagi anak-anak, orang dewasa, Pemula, Mualaf dan Keluarga.
Namun dalam prakteknya tambahan pengetahuan seputar Fiqih (Hukum-hukum Islam), dan Muamalah (Sosial) diikut sertakan dalam pembahasan setiap belajar.
Santri akan mendapatkan kumpulan materi dalam bentuk Rencana Proses Pembelajaran (RPP) dan Silabus. Hal ini memudahkan dalam proses monitoring Sahabat Santren.
Jangkauan Ngaji Privat Nyantren
Selain dari segi materi yang luas. Jangkauan program IQ sudah bisa dinikmati di area Jabodetabek yaitu di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dan di Jakarta juga menjangkau daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Ustadz dan Ustadzah
Ustadz dan Ustadzah yang bekerjasama dengan Nyantren merupakan Mahasiswa atau alumni perguruan tinggi Islam.
Mayoritas Ustadz dan Ustadzah telah memiliki sertifikat tahsin dan hafalan Al-Qur’an yang baik.
Karena pada proses penyeleksian dua hal diatas merupakan syarat dan ketentuan yang harus dimiliki oleh pengajar di Nyantren.
Usia Ustadz dan Ustadzah di Nyantren terbilang muda yakni dibawah usia 35 tahun. Agar proses pembelajaran lebih friendly.
Namun, tidak menutup kemungkinan jika Sahabat Santren memiliki permintaan Ustadz atau Ustadzah lebih dewasa agar lebih tegas dalam proses belajar.
Nyantren akan siap melalukan kerjasama dengan Ustadz dan Ustadzah tersebut.
Prihal asal kampus dan pondok pesantren Ustadz dan Ustadzah beragam seperti Gontor, LIPIA Jakarta, Al-Hikmah Jakarta, STEI SEBI, UIN Syarif Hidayatullah dan kampus Islam lainnya.
Tingkatan Santri Pada Program IQ
Proses pembelajaran pada program IQ berdasarkan kemampuan santri.
Pada level dasar, materi Al-Qur’an mulai dari Iqra yakni mengenal huruf Hijaiyah. Materi Fiqih akan dimulai dari cara bersuci dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Pada level lanjutan, materi baca tulis Al-Qur’an sudah masuk pada tahap pembenaran bacaan (Tahsin). Fokus pada panjang dan pendek dan hukum bacaan yang benar.
Level Atas yakni bagi sahabat yang sudah baik bacaan Al-Qur’an nya dan ingin menghafal. Nyantren memfasilitasi kebutuhan Sahabat Santren dengan bekerjasama dengan Ustadz atau Ustadzah.
Pada setiap tingkat, Tim akan melalukan pretest agar siswa dikelompokan sesuai tingkatannya. Agar target sesuai dengan kemampuan awal siswa maka estimasi waktu yang perlu digunakan selama proses belajar bisa diketahui.
Cara Mendaftar Les Pivat Ngaji Nyantren
Sahabat Santren bisa hubungi Admin 0852 1321 1110 atau isi form registasi online disini.
Bagi Sahabat Santren di Cibubur dan sekitarnya bisa ke kantor di Jalan SMPN 258 NO. 15 C RT/RW 05/010 Cibubur Jakarta Timur.
Semoga bermanfaat ya Sahabat Santren.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
“ Les Ngaji Ke Rumah di Lubang Buaya “