Les Privat Mengaji | Guru Privat Mengaji | Lembaga Les Privat Mengaji | Jasa Les Privat Mengaji
Panggil Guru Ngaji Privat Di Cililitan | Privat Ngaji Anak, Dewasa, Pemula dan Mualaf | Al Quran, Fiqih, Muamalah, Pengetahuan Seputar Agama Islam
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Semoga dalam keadaan sehat baik Iman dan Islamnya ya Sahabat Santri. Kali ini tim coba membahas artikel yang di kutip dari muslim(dot)or(dot)id tentang ” Metode Rasulullah dalam Mengajarkan Sifat-Sifat Allah”.
Sahabat muslim, dalam artikel ini kita akan membahas bagaimana metode dakwah Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dalam mengajarkan perkara aqidah
Mengenal nama dan sifat Allah Ta’ala
Di antara perkara penting yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan adalah masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala. Karena pokok dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengenalkan Rabb alam semesta, melalui pengenalan terhadap nama dan sifat-Nya.
Dalam memperkenalkan dan mengajarkan sifat-sifat Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempuh beberapa metode sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama.
Metode pertama, penjelasan melalui perkataan (qaul)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak mengajarkan sifat-sifat Allah Ta’ala melalui perkataan beliau. Misalnya, berkaitan dengan sifat kalaam (Allah Maha berbicara), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَسَيُكَلِّمُهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ
“Tidaklah salah seorang di antara kalian kecuali akan diajak berbicara oleh Allah Ta’ala pada hari kiamat. Tidak ada penerjemah di antara Allah dan kalian.” (HR. Bukhari no. 6539, 7512 dan Muslim no. 1016)
Dalam hadits di atas, jelaslah bahwa di antara sifat Allah Ta’ala adalah beliau Maha berbicara.
Demikian pula ketika beliau menjelaskan sifat nuzul (turun ke langit dunia), beliau jelaskan dengan perkataannya,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.”” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)
Metode ke dua, penjelasan melalui perbuatan (fi’il)
Contoh penjelasan melalui perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berkaitan dengan sifat al-‘uluw (Dzat Allah ada di atas), beliau jelaskan dengan isyarat jari telunjuk beliau yang mengarah ke atas. Sebagaimana hadits yang panjang tentang haji Wada’ ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat,
قَالُوا نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ. فَقَالَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ. ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Mereka (para sahabat) yang hadir berkata, “Kami benar-benar bersaksi bahwa Engkau telah menyampaikan, menunaikan dan menyampaikan nasihat.” Sambil beliau berisyarat dengan jari telunjuknya yang diarahkan ke langit lalu beliau berkata pada manusia, ‘Ya Allah, saksikanlah (beliau menyebutnya tiga kali).’” (HR. Muslim no. 1218)
Sehingga hal ini adalah penjelasan dari beliau bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat al-‘uluw malalui perbuatan beliau yang mengarahkan jarinya ke arah atas ketika meminta persaksian Allah Ta’ala.
Dan pada masa haji wada’, banyak sekali shahabat radhiyallahu ‘anhum yang hadir, baik sahabat yang termasuk ulama (kibaarus shahaabah) dan yang bukan, yang ilmunya masih pas-pasan karena baru saja masuk Islam. Namun, di depan mereka semua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke arah atas, yang tentu saja dipahami bahwa Allah ada di atas. Dan kalau itu tidak menunjukkan sifat al-‘uluw, tentu akan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan.
Demikian pula, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menyampaikan khutbah, ada seorang sahabat yang menghadap ke arah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْمَوَاشِي وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا
“Wahai Rasulullah, harta benda telah habis dan jalan-jalan terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan buat kami!”
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا
“Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan.” (HR. Bukhari no. 1013, 1014 dan Muslim no. 897)
Perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengangkat kedua tangan ke arah atas, menunjukkan sifat al-‘uluw Allah Ta’ala.
Metode ke tiga, penjelasan melalui qaul dan fi’il sekaligus
Terkadang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dengan perkataan, kemudian Nabi kuatkan dengan perbuatan beliau. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا} [النساء: 58] إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى {سَمِيعًا بَصِيرًا} [النساء: 58] قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ إِبْهَامَهُ عَلَى أُذُنِهِ، وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى عَيْنِهِ. قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَؤُهَا وَيَضَعُ إِصْبَعَيْهِ.
“Aku mendengar Abu Hurairah membaca ayat ini (yang artinya), “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (QS. An-Nisa’: 48) sampai pada firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Abu Hurairah berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan ibu jarinya ke telinga, sementara jari setelahnya pada mata.” Abu Hurairah melanjutkan, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat tersebut seraya meletakkan kedua jarinya tersebut.” (HR. Abu Dawud no. 4728, sanadnya dinilai shahih oleh Al-Albani)
Dalam hadits di atas, Rasulullah menjelaskan sifat as-sam’u (Maha mendengar) dan al-bashar (Maha melihat) dengan perkataan beliau. Kemudian beliau kuatkan dengan perbuatan beliau, yaitu meletakkan ibu jarinya ke telinga dan jari telunjuk ke mata, untuk menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha mendengar dan melihat. Yang perlu dicatat, perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut bukanlah maksudnya hendak menyamakan sifat Allah Ta’ala dengan sifat makhluk.
Metode ke empat, penjelasan dengan melakukan persetujuan (al-iqrar)
Di antaranya adalah pertanyaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seorang budak perempuan sebagai ujian keimanan baginya sebelum dimerdekakan oleh tuannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada budak perempuan itu,
أَيْنَ اللَّه ؟ قَالَتْ فِي السَّمَاء قَالَ : مَنْ أَنَا ؟ قَالَتْ : أَنْتَ رَسُول اللَّه قَالَ : أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَة
“Di manakah Allah?” Budak perempuan tersebut menjawab, “Di atas langit.” Beliau bertanya lagi, ”Siapakah aku?” Jawab budak perempuan, ”Engkau adalah Rasulullah.” Beliau bersabda, “Merdekakan dia! Karena sesungguhnya dia seorang mukminah (perempuan yang beriman).“ (HR. Muslim no. 1227)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, kemudian membenarkan atau menyetujui jawaban budak perempuan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa aqidah “Allah ada di atas” itu adalah aqidah yang shahih.
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّا نَجِدُ: أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الخَلاَئِقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ أَنَا المَلِكُ، فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الحَبْرِ، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ، وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
“Seorang rahib (Yahudi) datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu dia berkata, “Ya Muhammad, Kami mendapatkan bahwa Allah Ta’ala memegang langit dengan jari-Nya, bumi dengan jari-Nya, pohon-pohon dengan jari-Nya, air dan binatang-binatang dengan jari-Nya, dan seluruh makhluk dengan jari-Nya seraya berkata, “Akulah Raja (Penguasa)!”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa hingga nampak gigi serinya sebagai pembenaran terhadap perkataan rahib tersebut. Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya), “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az Zumar: 67)” (HR. Bukhari no. 4811 dan Muslim no. 2786)
Dalam hadits di atas, rahib Yahudi mengatakan bahwa Allah memiliki jari-jemari, kemudian dibenarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Penyesalan Orang Kafir Karena Mengingkari Rasulullah
Orang-orang kafir mereka menyadari akibat perbuatan mereka ketika mereka mengabaikan ajaran para Rasul. Ketika mereka melihat ngerinya adzab di akhirat, lalu mereka menyesali perbuatan mereka yaitu telah menolak ajaran para Rasul. Sehingga mereka pun berharap bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki keadaan, namun itu tidak mungkin terjadi. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin” (QS. As-Sajdah:12).
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Andaikata kami dahulu mau mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS.al-Mulk:10).
Dunia Adalah Ladang Akhirat
Surga itu dibangun dengan dzikir, tasbih, tahlil, takbir, ditumbuhkan pohon-pohonnya dengan amal ketaatan. Semua ini menunjukkan bahwa dunia ini hanyalah ladang, tempat bercocok tanam untuk kehidupan akhirat. Sebagaimana kata ahli ilmu,
الدنيا مزرعة للاخرة
“Dunia adalah ladang akhirat.”
Hendaklah manusia, yang memanfaatkan berbagai fasilitas dan perhiasan dunia ini, memperbaiki amalnya. Sehingga bermanfaat untuk dirinya, baik untuk kehidupan saat ini, atau kehidupan di masa mendatang.
Dalam kesibukan dan rutinitas sehari-hari, seberapa seringkah kamu berfikir untuk meluangkan waktu untuk memperdalam agama islam atau mengaji? Apalagi kamu yang sibuk bekerja dan susah memiliki waktu luang, tetapi jika memiliki waktu luang kamu enggan pergi ke tempat pengajian sekitar karena macet.
Jangan sampai kita termasuk mereka yang hatinya penuh cinta terhadap dunia sehingga tidak memiliki waktu untuk mengaji ya Sahabat Santri.
Adakah solusi untuk situasi seperti ini?
Solusi terbaiknya adalah menggunakan jasa guru les privat. kamu tidak perlu susah payah menghabiskan waktu dan tenaga untuk datang ke tempat les.
Apalagi jika les privat tersebut menawarkan jadwal yang bisa ditentukan sendiri, kamu bisa memilih jadwal mengaji sesuai keinginanmu.
Mengenal Les Privat Ngaji
Les privat ngaji merupakan sebuah sarana yang tepat bagi Sahabat Santri yang ingin belajar Agama Islam lebih dalam, karena kita bisa langsung menanyakan pelajaran yang kita kurang paham.
Kita juga bisa sekaligus belajar cara mengaji yang benar sesuai hukum tajwid. Sahabat Santri bisa belajar Al-Qur’an dengan guru yang sudah bagus bacaannya dan bacaan kita dapat langsung diperbaiki.
Selain itu, Sahabat Santri juga bisa menghemat tenaga dan waktu untuk datang ke tempat belajar mengaji, sehingga Sahabat Santri bisa lebih fokus ke pelajaran dan juga kita bisa memilih jadwal mengaji sesuai waktu luang yang dimiliki.
Salah satu lembaga les privat mengaji adalah Nyantren. Nyantren menyediakan jasa Guru Ngaji Privat untuk Anak, Orang Dewasa, Pemula dan Mualaf.
“ Panggil Guru Ngaji Privat Di Cililitan “
Program Guru Ngaji Privat
Program Nyantren Privat merupakan upaya peningkatan pengetahuan umat muslim untuk lebih mengenal Islam dengan ustadz dan ustadzah datang ke rumah (guru ngaji privat).
Visi dan misinya yakni mencetak generasi yang cinta terhadap Al-Qur’an.
Ustad dan Ustadzah ke rumah ini kami bungkus dalam satu program yang bernama Insan Qur’ani (IQ).
Pada segi materi, IQ berfokus pada baca dan tulis Al-Qur’an bagi anak-anak, orang dewasa, Pemula, Mualaf dan Keluarga.
Namun dalam prakteknya tambahan pengetahuan seputar Fiqih (Hukum-hukum Islam), dan Muamalah (Sosial) diikut sertakan dalam pembahasan setiap belajar.
Santri akan mendapatkan kumpulan materi dalam bentuk Rencana Proses Pembelajaran (RPP) dan Silabus. Hal ini memudahkan dalam proses monitoring Sahabat Santren.
Jangkauan Ngaji Privat Nyantren
Selain dari segi materi yang luas. Jangkauan program IQ sudah bisa dinikmati di area Jabodetabek yaitu di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Salah satu wilayah yang termasuk jangkauan Nyantren adalah Cililitan, Jakarta Timur.
Ustadz dan Ustadzah
Ustadz dan Ustadzah yang bekerjasama dengan Nyantren merupakan Mahasiswa atau alumni perguruan tinggi Islam.
Mayoritas Ustadz dan Ustadzah telah memiliki sertifikat tahsin dan hafalan Al-Qur’an yang baik.
Karena pada proses penyeleksian dua hal diatas merupakan syarat dan ketentuan yang harus dimiliki oleh pengajar di Nyantren.
Usia Ustadz dan Ustadzah di Nyantren terbilang muda yakni dibawah usia 35 tahun. Agar proses pembelajaran lebih friendly.
Namun, tidak menutup kemungkinan jika Sahabat Santren memiliki permintaan Ustadz atau Ustadzah lebih dewasa agar lebih tegas dalam proses belajar.
Nyantren akan siap melalukan kerjasama dengan Ustadz dan Ustadzah tersebut.
Prihal asal kampus dan pondok pesantren Ustadz dan Ustadzah beragam seperti Gontor, LIPIA Jakarta, Al-Hikmah Jakarta, STEI SEBI, UIN Syarif Hidayatullah dan kampus Islam lainnya.
Tingkatan Santri Pada Program IQ
Proses pembelajaran pada program IQ berdasarkan kemampuan santri.
Pada level dasar, materi Al-Qur’an mulai dari Iqra yakni mengenal huruf Hijaiyah. Materi Fiqih akan dimulai dari cara bersuci dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Pada level lanjutan, materi baca tulis Al-Qur’an sudah masuk pada tahap pembenaran bacaan (Tahsin). Fokus pada panjang dan pendek dan hukum bacaan yang benar.
Level Atas yakni bagi sahabat yang sudah baik bacaan Al-Qur’an nya dan ingin menghafal. Nyantren memfasilitasi kebutuhan Sahabat Santren dengan bekerjasama dengan Ustadz atau Ustadzah.
Pada setiap tingkat, Tim akan melalukan pretest agar siswa dikelompokan sesuai tingkatannya. Agar target sesuai dengan kemampuan awal siswa maka estimasi waktu yang perlu digunakan selama proses belajar bisa diketahui.
Cara Mendaftar Les Pivat Ngaji Nyantren
Sahabat Santren bisa hubungi Admin 0852 1321 1110 atau isi form registasi online disini.
Bagi Sahabat Santren di Cibubur dan sekitarnya bisa ke kantor di Jalan SMPN 258 NO. 15 C RT/RW 05/010 Cibubur Jakarta Timur.
Semoga bermanfaat ya Sahabat Santren.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
“ Panggil Guru Ngaji Privat Di Cililitan“